Ini Tips Agar Uang Bisa Memberimu Kebahagiaan



Pepatah mengatakan, 'uang tidak bisa membeli kebahagiaan'. Namun muncul 'pepatah' lain yang membantah, mengatakan 'Mereka yang mengatakan uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tidak mengerti harus berbelanja di mana'. Ada lagi yang mengatakan, 'Siapapun yang bilang bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan adalah mereka yang tidak punya uang, atau mereka yang sangat-sangat kaya.' Anda setuju yang mana? Jadi apakah uang bisa membeli kebahagiaan? 

Banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara uang dan kebahagiaan. Sesuai dugaan, memang seiring dengan naiknya pendapatan, tingkat kebahagiaan lebih tinggi. Mereka yang masih harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya memiliki tingkat kebahagiaan yang kurang, dibandingkan dengan mereka yang memiliki pemasukan lebih tinggi. Ini dibuktikan dengan penelitian dari Betsy Stevenson dan Justin Wolfers dari University of Michigan, yang menganalisa hubungan antara kebahagiaan dan pendapatan di Amerika Serikat, mulai dari penghasilan US$ 10.000 hingga lebih dari US$ 500.000 per tahun. 

Hanya 35% dari mereka yang memiliki penghasilan kurang dari US$ 10.000 per tahun menjawab sangat bahagia dengan hidupnya. Ada 55% dari mereka yang memiliki US$ 50-75 ribu per tahun menjawab sangat bahagia dengan hidupnya. Dan mereka yang memiliki penghasilan lebih dari US$ 500.000 per tahun, semuanya (100%) menjawab sangat bahagia dengan hidupnya. 

Dengan demikian, kesimpulannya uang bisa membeli kebahagiaan? Nanti dulu. Ternyata jika digali lebih dalam lagi, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan yang berkaitan dengan uang. Elizabeth Dunn, seorang profesor psikologi di University of British Columbia menyatakan dalam bukunya 'Happy Money' bahwa uang memang dapat membeli kebahagiaan. Dan ada cara-cara tertentu supaya uang bisa membeli kebahagiaan, tanpa melihat jumlahnya. Bagaimana? 

1. Habiskan uang untuk pengalaman, bukan benda
Tetangga baru saja ganti mobil? Selebgram favorit kembali meng-endorse hijab baru? Brand favorit meluncurkan produk termutakhir dan tercanggih? Selalu ada saja barang-barang yang membuat kita tergiur untuk membelinya. Namun ternyata hasil penelitian berbicara, bahwa pembelian yang bersifat pengalaman memberikan efek bahagia yang lebih awet daripada pembelian barang. 

Pengalaman bisa berupa liburan, menonton konser, mengunjungi tempat tertentu ataupun sekedar mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan, makan di tempat baru misalnya. Namun kita cenderung lebih suka menghabiskan uang untuk membeli barang karena menganggap barang lebih tahan lama, sedangkan pengalaman hanya dialami secara singkat dan yang tersisa adalah memori (dan dokumentasi tentunya). 

2. Memberi kepada orang lain
Ternyata memberi/menghabiskan uang untuk orang lain dapat membuat kita lebih bahagia. Dari orang-orang yang dijadikan responden penelitian lalu diberikan uang untuk dihabiskan sendiri dan dihabiskan untuk orang lain, mereka yang menghabiskan uang untuk orang lain merasa lebih bahagia, meskipun mereka sendiri miskin. 

3. 'Membeli' waktu
Pepatah mengatakan 'Waktu adalah uang', tapi sebenarnya waktu bisa berharga lebih dari uang. Menghabiskan uang untuk sesuatu yang akan memberikan waktu luang atau waktu produktif untuk keluarga dan teman, lebih baik daripada sesuatu yang bersifat material. 

Contohnya, daripada membeli rumah besar di pinggiran kota lalu harus menempuh jarak yang jauh untuk bekerja, lebih baik membeli rumah/apartemen kecil di tengah kota yang dekat dengan pusat aktivitas. Dengan membeli rumah/apartemen di tengah kota, maka akan menghemat banyak sekali waktu dan menambah waktu berkualitas bersama keluarga. Contoh lain, menggaji orang lain untuk menjadi asisten/asisten rumah tangga untuk melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga. 

4. Bayar sekarang, nikmati nanti
Ini konsep yang bertentangan dengan kartu kredit, di mana barang yang dibeli dinikmati dahulu lalu dibayar kemudian ketika tagihan datang. Dengan prinsip bayar duluan dan nikmati nanti, saat menikmati pembelian tersebut akan terasa seperti 'gratis'. Contohnya adalah merencanakan liburan sejak jauh-jauh hari. 

Dengan perencanaan liburan, tiket dibeli dahulu dan demikian juga dengan akomodasi/kamar hotel yang dipesan dan dibayar di muka. Ketika waktunya liburan, selain terasa seperti gratis, juga tidak terbebani dengan utang/tagihan yang diterima setelah liburan selesai.

Selain itu, dikutif dari detik ada studi yang dilakukan ke rumah tangga di Inggris, yang menemukan hal yang unik. Ternyata memiliki utang bisa menurunkan tingkat kebahagiaan, dan sebaliknya, memiliki tabungan bisa meningkatkan kebahagiaan. Dan membayar lunas utang lebih penting daripada memiliki tabungan, jika dilihat dari sudut pandang kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan prinsip perencanaan keuangan, di mana pembayaran utang adalah prioritas pertama sebelum yang lainnya.